KABARIBUKOTA.ID —Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerin Agama Menggelar Analisis Survei Kepuasan Jemaah Haji 1444H/2023M. Dalam kegiatan ini, Kemenag menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai institusi/lembaga yang melaksanakan survei tersebut.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid berharap BPS dapat memberikan kisi-kisinya sebelum merilis hasil survei Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia Tahun 1444H/2023M ini. “Kita berharap diakhir-akhir bulan ini sudah kelihatan hilalnya dan sudah bisa diintip menurut pandangan para jemaah,” kata Subhan dalam sambutannya di Yogyakarta. Senin (28/8/2023).
Subhan menilai, tahun ini kuota jemaah haji Indonesia sebanyak 229.000 tanpa batasan usia dan tidak seperti tahun 1443H/2022M lalu sebanyak 100.051 serta mempersyaratkan batasan usia dibawah 65 tahun sehingga saat di Masyair (Arafah, Muzdalifah dan Mina) kapasitas jemaah ditenda-tenda terlihat longgar.
“Ditambah Indeks Kepuasan Jemaah Haji pada tahun 2022 lalu mendapatkan skor 90,45 (sangat memuaskan) ini sangat luar biasa,” jelas Subhan.
Pada tahun 2023 ini, dirinya mengakui banyak problematika saat jemaah berada di Masyair khususnya di Muzdalifah. Jadi pihaknya perlu mengecek apakan nantinya akan berdampak pada terhadap Indeks Kepuasan Jemaah Haji tersebut
“Perlu dicek apakah masalah itu nantinya akan berdampak positif atau negatif terhadap hasil indeks kepuasan jemaah haji pada tahun ini,” ujarnya.
Dikesempatan yang sama, Tenaga Ahli Menteri Agama Hasanuddin Ali menjelaskan hasil Indeks Kepuasan Jemaah Haji ini merupakan tolak ukur penyelenggaraan haji Tahun 1444H/2023M dan pencapaianya bisa tercermin dari hasil indeks kepuasan yang diukur oleh BPS.
“Mudah-mudahan segala pencapaian bisa tercermin dari hasil yang diukur teman-teman BPS,” kata Hasan Ali sapaan akrabnya.
Hasan mengakui IKHJI Tahun 2022 naik sangat signifikan walaupun dengan berbagai persyaratan dari Arab Saudi bisa naik secara fantastis. Dan tahun ini merupakan tantangan berat bagi Kemenag untuk meningkatkan ataupun minimal mempertahankannya.
“Untuk kenikan kepuasan publik naik 1 persen itu membutukan effort yang sangat besar, karena selain haji ada juga yang naik seperti indeks kepuasan pada layanan Kantor Urusan Agama (KUA),” terangnya.
Tantangan tahun ini, lanjut Hasan mempunyai tema khusus yakni “Haji Ramah Lansia”, ini merupakan tradisi baru penyelenggaraan haji, maka dari itu diwaktu mendatang IKHJ dapat semakin meningkat dengan mendapatkan masukan-masukan dari BPS.
“Karena diwaktu mendatang indeks kepuasan jemaah tidak boleh menurun bahkan semakin meningkat, kita juga ingin mendapatkan masukan agar Ditjen PHU melaksanakannya lebih kompetible terkait jemaah lansia ini,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei BPS Sarpono mengatakan bahwa tujuan survei ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan dan harapan jemaah haji terhadap mutu pelayanan yang diberikan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
“Serta merangkum saran dan masukkan jemaah haji dengan pengumpulan kuisioner, wawancara dan observasi,” ujar Sarpono.